FEMME.ID – Hajjah Rasuna Said adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia dan juga Pahlawan Nasional Indonesia.
Seperti Kartini, ia juga memperjuangkan adanya persamaan hak antara pria dan wanita.
Rusuna Said, demikianlah nama wanita pemimpin tersebut yang waktu itu baru 22 tahun.
Peristiwa itu terjadi setelah Bung Karno, pemimpin tertinggi PNI (Partai Nasional Indonesia) dalam tahun 1930 dijebloskan dalam penjara Sukamiskin, Bandung, Jawa Barat.
Baca Juga:
Gerak kegiatan Rasuna Said selaku wanita muda Islam dari dan di tanah Minangkabau merupakan kejanggalan di jaman itu.
Rasuna Said bukan pemimpin yang muncul mendadak, tetapi tampil dengan bakat dan Pendidikan sejak masa kecilnya, didukung kemauan keras dan keyakinan yang teguh.
Umur 6 tahun Rasuna disekolahkan pada Sekolah Desa di Maninjau sampai kelas 5 tamat, kemudian meneruskan pelajarannya pada Sekolah Diniyah yang disebut “Diniyah School” di Padangpanjang dibawah pimpinan Zainudin Lebai El Yunisi.
Pada tahun 1926 terjadi gempa hebat di Padangpanjang dan Rasuna pulang Kembali ke Mininjau.
Di tanah kelahirannya itu ia tidak tinggal diam. Ia belajar pada sekolah yang dipimpin oleh H. Abdul Majid dari golongan “Kaum Tua”.
Karena tidak memperoleh keserasian jiwa, akhirnya ia pindah belajar di Sekolah “Thawalib” di Payinggahan Maninjau “ Sekolah Thawalib” itu didirikan oleh perkumpulan Islam “Sumatra Thawalib” yang menganut paham nasionalisme dan berhaluan radikal.
Baca Juga:
5 Pahlawan yang Turut Perjuangkan Pendidikan di Nusantara, 3 Diantaranya Perempuan
Inilah 5 Tokoh Pahlawan Wanita Indonesia yang Sosoknya Diabadikan di Uang Rupiah
Kisah Panglima Dayak Nyai Balau, Pahlawan Wanita dari Tewah yang Berambut Panjang
Di Sekolah tersebut Rasuna Said termasuk murid terpandai. Bakat dan kepandaiannya mendukung Rasuna memasuki pergerakan rakyat.
Mula-mula pada tahun 1926 Rasuna masuk perkumpulan “Sarikat Rakyat” (SR) dan duduk di dalam pengurus sebagai penulis. Kemudian SR menjelma menjadi PSII (Partai Serikat Islam Indonesia) Rasuna pun tetap menjadi anggota dan duduk dalam pengurusnya pula. Disamping itu Ia menjadi anggota PERMI (Persatuan Muslimin Indonesia).
PERMI didirkan oleh perhimpunan “Sumatra Thawalib” dalam konfrensinya pada tanggal 22-27 Mei 1930 di Bukit tinggi.
Karena PERMI menjadi partai politik dan PSII pun suatu partai politik, maka Rasuna Said yang menjadi anggota dari kedua part aitu terkena disiplin PSII yang sejak konggresnya pada tahun 1921 telah merangkap anggotanya rangkap dari partai politik lain.
Dengan demikian ia keluar dari PSII dan tetap menjadi anggota PERMI.
Di dalam PERMI kegiatan Rasuna amat menonjol, demikian pula ketangkasannya terpuji. Ia memberikan kursus dan usaha Pendidikan yang dilaksanakan atas Prakarsa dan oleh Rasuna Sais antara lain :
Kursus Pemberantasan Buta Huruf dengan nama Sekolah “Menyesal” Membuka Sekolah Thawalib Rendah di Padang dan mengajar di “Sekolah Thawalib Puteri”
“Kursus Putri” yang dipimpin oleh Rasuna Said disamping ia mengajar “Kursus Normal” kedua-duanya di Bukit Tinggi. Dimana sekaligus digembleng kader-kader partai PERMI.
PERMI berkembang cepat. Di seluruh Sumatra Barat berdiri cabang-cabangnya, bahkan sampai di Tapanuli, Bengkulu, Palembang dan Lampung.
Tidak banyak cerita tentang kehidupan rumah tangganya, kecuali ia menikah dengan pemuda pilihannya, yaitu Dusky Samad dan dari pernikahan itu ia memperoleh seorang puteri Bernama Auda yang sekarang Nyonya Auda Zashkya, tinggal bersama suaminya di Jakarta. Keluarga Zashkya itu sekarang telah dikaruniai beberapa orang anak.
H. Rasuna Said benar-benar tidak pernah berhenti dari perjuangan sehingga rupanya kurang merasakan, bahwa ia mengandung penyakit yang membahayakan yaitu penyakit kanker.
Karena penyakit itulah ia meninggal dunia pada tanggal 2 November 1965.
Jenazahnya dikebumikan di Taman Pahlawan Kalibata, Jakarta. Pada saat meninggal dunia, almarhumah adalah Anggota Dewan Pertimbangan Agung.
Pemerintah RI menghargai jasa-jasanya. Dengan SK Presiden RI No : 084/TK/Tahun 1974 tanggal 13 Desember 1974 almarhumah Hajjah Rasuna Said dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.***