FEMME.ID – Dokter Raden Rubini Natawisastra layak untuk dijadikan pahlawan nasional atas jasa-jasanya dalam memperjuangkan kemerdekaan dan juga hak perempuan dan anak.
“Walaupun sudah 78 tahun berlalu, jejak-jejak perjuangan dr Rubini masih melekat erat di benak masyarakat Mempawah, Kalimantan Barat, hingga kini.”
“Keberadaan dr Rubini masih terasa oleh masyarakat,” kata Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani) Giwo Rubianto Wiyogo.
Oleh karena itu, adalah wajar jika dr Rubini diusulkan sebagai Pahlawan Nasional.
Bukan saja karena jasa-jasanya yang memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia, tetapi juga kepeduliannya pada perempuan dan anak yang menjadi korban tentara Jepang, ujar Giwo.
Dokter yang juga pejuang itu wafat di tangan penjajah Jepang pada 28 Juni 1944 dalam peristiwa Mandor.
Tragedi Mandor atau Tragedi Mandor Berdarah adalah peristiwa paling kelam di Kalimantan Barat.
Puluhan ribu orang selama kurun waktu tahun 1942 – 1944 dibunuh secara keji oleh tentara pendudukan Jepang tanpa batas etnis dan ras.
Sebelumnya, Kowani berhasil mengantarkan tokoh pejuang asal Aceh Laksamana Malahayati dan jurnalis perempuan asal Sumatera Barat Rohana Kudus sebagai pahlawan nasional.***